oRa iSo ngAji nEng oRA Tau nGapuSi

BERJUANG DEMI MASYARAKAT

Selasa, 01 Juni 2010

Seni Shalawat Badui Laras Mudho Kubro Siswa

Seni Shalawat Badui Laras Mudo Kubro Siswa adalah merupakan sebuah kesenian tradisional bernuansa islami, yang berasal dari Yogyakarta, khususnya Kabupaten Sleman. Kesenian ini salah satunya berada di Dusun Gantalan, Desa Minomartani, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, Indonesia.

Kelompok kesenian ini telah banyak melalang buana ke berbagai tempat didalam propinsi ataupun diluar kota, bahkan hingga ke luar negeri. yaitu pada bulan Juli 2010 Badui Laras Mudho Gantalan melawat ke Yaman, melalui perantara Pemkab. yang membuat kesenian ini menjadi trade mark dari kabupaten Sleman. Yang setiap Kabupaten Sleman memiliki hajat, kesenian ini tak luput dari daftar agenda.

Kesenian ini mengandung banyak filosofi mengenai Islam dan perlawanan terhadap penjajah. Didalam kesenian ini terdapat shlawat (jawa : singiran) yang mengandung makna yang begitu indah, yang kebanyakan mengajak sesama manusia untuk beribadah dan berbuat kebaikan dijalan Allah .

Seni Shalawat Badui Laras Mudo Kubro Siswa berupa seni tari, didalam tarian tersebut terdapat gerakan yang merupakan gerakan dalam membela diri. Sehingga dapat saya simpulkan tarian ini merupakan tarian yang merupakan replica dalam peperangan dalam melawan penjajah.

Dalam setiap pementasannya, tidak hanya berupa tarian saja yang di tampilkan, akan tetapi ada beberapa atraksi yang di tampilkan dalam setiap pementasannya. Besi yang di bakar diatas anglo sampai berwarna merah, setelah itu seseorang berpawakan tua renta, tanpa ambil pusing mengambil dan menjilati besi tersebut. Tak ada bekas luka sedikitpun yang terlihat pada lidahnya.

Selain atraksi di atas, tidak kalah serunya yaitu atraksi tusuk jarum. Aksi ini diperagakan oleh seorang pemuda, yang kemudian menusukkan jarum “goni” dittusukkan pada pipinya sambil meneri-nari sesuai alunan shalawat yang di lafalkan oleh penyanyi.

Sesuatu yang merupakan icon dan menjadi atraksi yang paling digemari oleh para penonton yaitu aksi para penari yang kesurupan dengan sangat membabi buta, mengamuk tak terkendali, sehingga terkadang membuat penonton takut, akan tetapi hal inilah yang paling digemari para pemirsa. Dalam kesurupan tersebut, ada yang makan gelas kaca, ayam, daun dan apapun yang ada dihadapannya akan rusak dibuatnya.

Untuk melestarikan dan mengompakan kebudayaan ini, memang harus dibutuhkan loyalitas yang begitu besar dari setiap anggota serta pengurusnya. Dan dibutuhkan rasa kekeluargaan yang patut di tumbuhkan guna memberikan sugesti positif terhadap seluruh para anggotanya.


Akan tetapi patut disayangkan, karena seiring berjalannya waktu dan merajalelanya pengaruh barat, membuat kesenian ini semakin tergusur. Hal tersebut berdampak langsung, salah satunya yang terlihat adalah semakin jarangnya kesenian ini berpentas. Hal ini lambat laun akan memusnahkan kesenian yang begitu Exotic tersebut. Karena kesenian ini membutuhkan dana atau biaya dalam perawatan peralatan pentasnya, maka harus ada pemasukan yang bisa membantu dalam perawatan alat pentas.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukannya peran dinas kebudayaan sebagai Stakeholder yang begitu urgen peranannya didalam agenda pelestarian dan pemakmuran budaya.Dan jika perlu departemen yang bersangkutan untuk mengangkat kembali ke eksisan kesenian tersebut.